Rabu, 26 November 2008

Puisi 19


TRAGEDI DARI KEBON ROJO :
PERISTIWA 3 OKTOBER 1945 DI PEKALONGAN

Bambang Indriyanto

Memandang patung monumen di hari senja
ingin menerawang ke masa purba
di tahun empat lima, bulan oktober hari ketiga
episode sejarah terjadi sudah
seperti yang telah diceritakan simbah :
tentang sepenggal revolusi lokal berdarah

Gema proklamasi dari pegangsaan
dibawa burung, angin serta gerbong kereta api
bagai embun teterkan kesejukan sukma
pelepas dahaga dari panasnya angkara
yang berpuluh bahkan beratus tahun renjana

Sang petinggi ingkar janji
rakyat mesti ambil alih dari kempetai
dengan aksi maupun kompromi
asal rakyat bersatu padu dalam damai

Pagi yang cerah massa datang dari berbagai arah
berjejer di Kebon Rojo melimpah ruah
sambut pemimpinnya berunding dengan gagah

Namun
dalam suasana perundingan, terdengar letusan tembakan
entah dari mana, entah oleh siapa
disusul berondongan mitraliur jepang meraung garang mencari mangsa

banyak yang berteriak kesakitan
semua geram, raga tak mampu melawan

ini bukan pertempuran kawan
tetapi pembantaian rakyat pekalongan

suasana mencekam, sepi dan sunyi
tiga puluh tujuh nyawa melayang
dua belas orang tergeletak, sekarat dan cacat

hai kawan, semangatmu takkan pernah hilang
tetap terpatri dihati anak negeri
yang selalu memaknai serta memberi arti
pada tulang-tulang yang mati
untuk dipersembahkan kepada bunda pertiwi

Pekalongan, 7 Mei 2007

( Antologi Puisi Tentang Kota Pekalongan , Agustus 2007 )

Puisi 18

BERANI BERKATA TIDAK
Bambang Indriyanto

Angan menembus ke langit
jalan – jalan ke bulan
dan bermain dengan bintang – bintang
katamu

Hidup bagai di surga
Bernyanyi bersama bidadari
Serta berenang di telaga madu
Itu juga katamu

Tapi aku
tahusemua adalah ilusimu
yang jelas badanmu lesu
kau orang yang putus asa
dan otakmu bekrja tak wajar

agresif, penuh halusinasi
dan cepat mati

akankah mudamu tergerogoti
oleh jarum – jarum mematikan
akibat obat neraka

Hey kamu,
Ingat masa depanmu terbentang panjang
Hindarkan berselingkuh dengan benda haram
Yang akan menghancurkan ragamu
Dab juga bangsamu

Beranilah berkata tidak
Untuk narkoba
SAY NO TO DRUGS
FOR ALL AT YOU, GUYS !


Batang, 27 Mey 2008

Puisi 16

PERSATUAN
Bambang Indriyanto


Indonesia negeri kaya sejak dulu kala
Pemandangan alammya dan budaya tada bandingnya

Alangkah bangganya karuniaNYA
Akan kujaga dari
kerusakan

Persatuan dan kesatuan slogan keakraban bangsa

Wahai pemuda, singsingkan lengan baju dan tuntut ilmu
Kembangkan bangsa dan negaramu
Tetap dalam satu padu


Pekalongan, 11 Agustus 2002

Puisi 17

MENANTI FAJAR
Bambang Indriyanto

Angin dingin membasahi daun-daun
Kubuka jendela
Embun pagi menggoyangkan
Sekuntum mawar harum
Kutersenyum
hening, oh sepi

Selembar kabut tipis bagai rambutmu
Suasana hening
Tergambar kembali kenangan bersamamu
Kutertegun bagai mimpi sedih

Bagaikan anak panah
Waktu cepat berlalu
Menerbangkan segala anganku

Kehangatan mentari menjalar ke hati
Kuinginkan

Kubuka hati kudengar puisimu
Angin berhenti
Langit merah darah
Fajar hatiku
Kesejukan kini kurasakan

Pekalongan, 7 Januari 1979

Puisi 13

BULAN INI
Bambang Indriyanto


Sertifikat kesucian perlu dimiliki
sebab Allah membuka pintu surga
dan membelenggu setan penebar goda

Apakah akan kita sia-siakan
segala hidup dan kehidupan

Dengan membangunkan
Kemunafikan
Keangkaraan
Kesirikan
Dalam setiap langkah jalan

Akankah dituruti
Suara hati tanpa hati-hati
Hingga kita terlempar ketrotoar
Dengan luka memar
Pedih, perih dan merintih
Dengan langkah gontai serta tertatih-tatih

Pekalongan, Februari 1988

Puisi 14

KEPEDULIAN
Bambang Indriyanto

Hijaunya hutan dan jernih air
Menghampar di persadaku
Tanah subur lautan membiru
Ahugerah yang Maha Tahu

Akan kah kau rusak segalanya
Kau habiskan saat ini
Tanpa ingat anak cucu lagi
Yang tak sempat menikmati

Jaga negerimu dari kerusakan dan pencemaran
Biarlah sungai selalu ceria
Puspa satwa bergembira

Marilah kita ikut peduli
Dan mrasa memiliki
Manfaatkanlah ciptaan Illahi
Untuk sekarang sampai nanti


Batang, 10 Februari 1993

Puisi 15

KASIH IBU
Bambang Indriyanto

Menjelang tidurku
Ibu bercerita dongeng dan teladan
dan nyanyikan lagu pengiring mimpiku
dengan kasih sayangmu

tutur kata lembut ibu mendidikku
gar tabah selalu
hadapi rintangan dalam kehidupan
ibu, aku menirumu

Bila ibu marah kepadaku
bukan untuk membenciku
bila ibu, menyayangi daku
bukan memanjakanku

Aku takkan mampu membalasmu ibu
Jasamu padaku
Hanya doa suci dan selalu berbakti
Tuhan akan restui


Pekalongan, 25 November 1993

Puisi 11

KAMBOJA
Bambang Indriyanto

Gerimis pada suatu sore di bulan desember
seikat kamboja kau letakkan di jambangan kalbu
aku termangu

Ada ketidak tahuan yang bergayut di hati
dan mulutku tetap terkunci

Sementara kau tersenyum memandang hari yang makin kelam
dan petang akhirnya kau tinggalkan
dengan sejuta misteri

Akankah inginku kau bawa dalam tidur panjang

atau berdendang geliatkan sebuah tarian
atau tidak untuk apa-apa

kamboja
sulit berenang dalam anganmu
dalam setiap lorong waktu


Pekalongan, 1 Desember 1981

Puisi 12

DI TAMAN SEBUAH RUMAH TUA
Bambang Indriyanto


Di rembang petang
mentari memejam matanya
bulan tersenyum malu
wangi kemuning merasuk sukma
bercampur harum bau rambutmu
aku lihat mawar di matamu

Kita banyak membuka bab demi bab
buku purba yang kau simpan di bawah lemari

Telah banyak varitas kembang yang terbicarakan
dan angin makin menghimpit leher
Serta menggoyangkan pokok pokok melati
Namun bintang di matamu tak kunjung berseri

Di bangku batu bisu di depan rumahmu
ku lihat kelopak mawar di matamu
semakin layu
dan kau semakin tak peduli

Sementara kalender setiap saat mempereteli
anganmu yang semakin melayang
bersatu menuju alam awan kelabu
sewarna rambutmu


Pekalongan, 12 September 2003
( KIARA 3, Desember 2007 )

Puisi 8

KEPADA PENYAIR
Bambang Indriyanto

Penyair yang arif,
tolong bacakan puisi Tuhanku
biar kudengar dan menyusup di kalbu
yang beku tercemar dan berdebu

Penyair yang bijak,
tolong buatkan aku sebuah sajak
tentang bulan dan bintang
tentang gelap terang
dan tentang orang-orang yang terpinggirkan
serta termuliakan di sisiNya

Penyair yang manis,
ajarkan aku membedah puisiNya
agar aku terjaga
dari mimpi pelangi warna

Agar aku dapat bertahan
dalam membelah kehidupan
serta sempat membersihkan bau badan
sehingga aku dapat tidur dengan nyaman


Pekalongan, Februari 1978
( Antologi Puisi Kiara I, Juni 2000 )

Puisi 9

BULAN ITU
Bambang Indriyanto

Bulan itu mengintip dari balik pohon waru
Lalu menguntitku

Debar jantung menguat
Galau hati terasa nikmat

Tetapi dalam hati aku berkata :
Walaupun dalam bening mataku
Menari baying-bayangmu
Namun toch rinduku
Takkan bergetar sampai padamu


Yogyakarta, Januari 1980
( Antologi Puisi Kiara I, Juni 2000 )

Puisi 10

CATATAN DI BULAN APRIL
Bambang Indriyanto

Ketika peluru harus berdialog
ketika nurani terbang jauh di awan
ketika api mengumbar kesumat

Yang tersisa Cuma tetangis
rumput yang menggeliat di padang gersang
dan angin segan bertiup

Burung gagak dendangkan luka
mengepak sayap di antara laut dan gunung
kabarkan renjana di pinggir bencana

Mimpi mengukir rembulan
dan bermahkota bintang
tumpah dalam Lumpur legam

Adakah pelangi turun seusai hujan
adakah tunaskan tumbuh usai kemarau
dan hati kembali bernyanyi bersama celoteh pipit
pada sore dingin yang menggigit

Batang, 10 April 2003

Puisi 5

SEHARI SEBELUM PUASA
Bambang Indriyanto

Sehari sebelum puasa
ada secangkir teh manis serta tempe goreng
di siang yang kering

muncul bincang-bincang
tentang cinta tentang kehidupan
tentang benci tentang mati

sehari sebelum puasa
rokok terakhir mulai tersingkir

esok sepanas ini tak ada lagi sajian
dan segala kesukaan

ketika kita mulai mengikat perut erat dengan tali iman
ketika mata terpejam dari pandangan haram
dan hati terkunci untuk segala caci

ada bisikan lembut
ini bukan untuk apa-apa
bukan untuk siapa-siapa
tapi untuk siapa saja

Pekalongan, Nopember 2002

Puisi 6

POTRET
Bambang Indriyanto

Mata kuyu pipi keriput dengan dahi penuh goresan
serta berkeringat garam
dengan tatapan rembulan membelai keningku
sambil berkata lirih :

jadilah kau lelaki sejati
bagai Arjuna melawan Karna
tak pandang musuh atau saudara

Jadilah surya di siang hari dan Purnama di malam hari
yang tak pernah lelah bersinar meski mendung menghadang

Aku lihat ayahku menitikkan air mata
memandang ketuaannya, namun tugas belum usai

Haruskah aku selesaikan tugasnya
atau inikah gambarku esok lusa ?


Pekalongan, 26 Agustus 2003

Puisi 7

17-8-03
Bambang Indriyanto

Ketika mereka lupa bait-bait satu nusa satu bangsa
dan lebih asyik dengan baris lagunya Madonna
ketika mereka lupa cara menghormat bendera
namun lebih suka berkaos AC Milan
kita mencak-mencak cari kambing hitam :

wa dalah ini gara-gara globalisasi
karena banyak nonton TV

Kang Daun mesam mesem :
Lha iki mestine salah mbarute !
Mulo salah kedadhen !

Akhirnya aku berpikir
mereka meniru cara bertindak
dibanding seribu berondongan kata-kata bijak
mereka butuh kaca benggala
dan bukan makian belaka.

Batang, Agustus 03

Puisi 3

PAWANG
Bambang Indriyanto

Mulut adalah harimau
yang akan menjaga dan merobek tubuhmu

Lengan adalah elang
yang membela dan mematuk otakmu

Kaki adalah serigala
yang akan mengawal dan mencabik isi perutmu

Namun hatimu
adalah pawang
yang akan menjinakkan semua kebinatangan
yang bersarang dalam dirimu

Batang, 8 Juni 2002

Puisi ini dimuat di Majalah Batang Berkembang Edisi 06/Tahun VII/2002

Puisi 4

NOSTALGIA

Bambang Indriyanto

Ketika aku mampir ke mulut kampung
tak ada lagi anak-anak berlarian mencari capung

memainkan wayang dari daun singkong
atau main kereta kulit jeruk
di halaman sekolah desa

Semua terpuruk oleh teknologi
serta tangan-tangan ekonomi
yang menjajakan mimpi
walau kadang memasung krasi

Dalam kerinduan pohon-pohon cengkeh
dan gemercik air di pancuran bambu
kau menyimpan rinduku

Di mataku
kau tak lagi menarik layaknya gadis dusun yang lugu
dengan kebaya dan senyuman malu,
melainkan kau bagai wanita jalang
dengan gincu tebal menebarkan birahi
meski menjijikkan

Pekalongan. 12 Maret 2002

Catatan :
Puisi ini dimuat di Majalah Batang Berkembang Edisi 06/Tahun VII/2002 dan
Dibacakan sebagai puisi model untuk pengajaran IPS lewat pendekatan budaya di Pengayaan Materi Sejarah Guru SMU Se Jawa Tengah Di Bandungan bulan Juli 2003

Puisi 2

ULANG TAHUN

Bambang Indriyanto


Tak ada lilin menyala di sini
tak ada nasi, tak ada roti
hanya ada makna dalam hati

Hari ini kalender tersobek lagi
entah usia kita bertambah satu lagi
atau justru berkurang satu lagi

Sementara hembusan angin menyejukkan tengkukku
dan malam mengusap wajah dengan sinaran rembulan

Aku tutup jendela
sebab aku tadi membukanya

Pekalongan, September 2001

Catatan :
Puisi ini dimuat di Majalah Batang Berkembang Edisi 06/Tahun VII/2002 dan
Dibuat lagu oleh peserta Penataran Guru Seni Musik dan Guru Bahasa Indonesia dalam penataran Musikalisasi Puisi tingkat Jawa Tengah Tahun 2002

PUISIKU

Kumpulan puisi ini dipersembahkan untuk siswa siswi SMA N 1 Batang



Puisi 1

MASIHKAH ?
Bambang Indriyanto



Masihkah hatimu merah putih saudaraku ?
Masihkah ragamu garuda saudaraku ?
Masihkah ibu pertiwi ibumu saudaraku ?
Masihkah ?

Sebab kitamulai mau makan bangkai saudara sendiri
Sebab kita mulai memetak tanah sendiri
Sebab kita mulai membedakan bentuk hidung kita sendiri-
sendiri
Serta memejamkan mata dan menutup telinga

Pada satwa yang menggelepar
pada hutan yang merintih memar dan sungai yang tercemar
polusi
oleh tangan-tangan industri.

Juga tangis balita lapar yang kekurangan gizi
serta anak-anak jalanan yang mulai bermain api.

Kadang kita kurang peka
pada orang-orang papa
ataupun orang yang terkoyak hak keberadaannya.

Kita telah lupa semuanya
karena kita sibuk bermain warna
dan lomba retorika.

Barang kali kita telah alpa pada janji yang disepakati
Membangun jembatan untuk menyeberangkan cita-cita
Menggantung asa dalam kebersamaan rasa
Berbagi hati berbagi roti

Adakah waktu masih kita miliki untuk memilin tali
guna mengikat sapu lidi saudaraku ?
agar bumi yang kita pijak
bersih dari batu kericak, kerikil dan onak

Adakah kita masih memiliki rasa
untuk berbagi rasa dan asa
dalam ketidak berdayaan ?

Batang, 24 Desember 1999

( Antologi Puisi Kiara I, Juni 2000 )

Powered By Blogger

BUKU TAMU

ARSIP BLOG

PROFILKU

Foto saya
Pekalongan, Jawa tengah, Indonesia

Yang mengunjungi Blog ini

CHATTING


ShoutMix chat widget

JAM BERAPA ?

KELUARGAKU

KELUARGAKU
Wisuda Statistik Terapan D3 MIPA UNNES

gubuk

gubuk
di depan rumah

wisuda UNNES

wisuda UNNES
Fakulta s MIPA Jurs Pendidikan Matematika

KAMUS INGGRIS-IINDONESIA

Bagaima isi puisiku ?

PENGIKUT

KOMENTAR