Rabu, 01 Oktober 2014

Peristiwa Sejarah Kotaku


PERISTIWA 3 OKTOBER 1945 DI PEKALONGAN SEBAGAI SALAH SATU SEJARAH LOKAL
Oleh :
Bambang Indriyanto, S.Pd.
A. PENDAHULUAN
Sejarah lokal dikatakan sebagai bentuk penulisan sejarah dalam lingkup terbatas yang meliputi suatu lokalitas tertentu ( I Gde Widja 1989 ). Jadi obyek sejarah lokal adalah sejarah daerah tertentu baik sejarah ekonomi, sosial, budaya maupun politik. Peristiwa 3 Oktober 1945 adalah salah satu sejarah lokal di Pekalongan, yang berupa peristiwa dengan tema revolusi yang terjadi pada awal proklamasi di Pekalongan.
Peristiwa bersejarah ini merupakan momen herois masyarakat Pekalongan menyambut proklamasi kemerdekaan RI tanggal 17 Agustus 1945.
Permasalahan yang timbul dalam peristiwa ini adalah usaha pengambilalihan kekuasaan pemerintahan dari tangan Jepang di Pekalongan. Namun perundingan yang diadakan di Markas Kempetai yang sekarang menjadi Masjid Syuhada Pekalongan, mengalami kegagalan karena berubah menjadi pertempuran antara masyarakat Pekalongan dengan pihak Jepang.
B. SEKITAR PROKLAMASI DI PEKALONGAN
Seperti halnya di daerah lain di Indonesia, rakyat Pekalongan merasakan penderitaan akibat pendudukan Jepang. Permerasan bidang sosial, budaya dan ekonomi serta politik terasa sekali bagi masyarakat.Penderitaan fisik dan mental seperti kekurangan pangan, kekurangan bahan pakaian dan pengerahan masa untuk romusha sangat dirasakan.Pendenitaan ini terjadi antara tahun 1942 -1945, dan berakhir dengan kekalahan Jepang terhadap Sekutu. Berita kekalahan Jepang ini tak disia – siakan bangsa Indonesia untuk segera memproklamasikan kemerdekaannya.Cita - cita ini terkabul ketika Soekarno – Hatta memproklamasikan RI Tanggal 17 Agustus 1945 di Jl. Pegangsaan Jakarta.
Gaung proklamasi tersebar di penjuru tanah air,meskipun pemerintahan pendudukan Jepang merahasiakan proklamasi tersebut.
Di Pekalongan suasana 17 Agustus 1945 tenang - tenang saja.Isu kemerdekaan mulai ada, meskipun belum jelas dan hanya ada dalam taraf bisik - bisik saja, karena takut kepada Jepang yang masih bersenjata lengkap.
B Suprapto, karyawan Sendenbu Pekalongan dua hari setelah proklamasi kemerdekaan datang dari Jakarta mengabarkan bahwa Bung Karno dan Bung Hatta telah memproklamasikan negara Indonesia Tanggal 17 Agustus 1945,serta berpesan agar Angkatan Muda untuk menyebarluaskan berita proklamasi, bersikap waspada serta siap menghadapi segala kemungkinan.
Dengan dibantu pemuda-pemuda pengurus BPKKP ( Badan Penolong Keluarga Korban Perang ), yang diakui oleh Jepang berperan penting dalam penyiaran berita proklamasi di daerah Pekalongan, sehingga rakyat Pekalongan dimana-mana memperbincangkan proklamasi.
Kegembiraan rakyat Pekalongan terhadap proklamasi kemerdekaan RI diwujudkan dalam sikap penuh kegembiraan, hilangnya ketakutan terhadap Jepang serta dengan bangga memakai lencana merah putih yang terbuat dari kain. Di pihak Jepang berita prokiamasi ini tetap dirahasiakan. Baru Tanggal 22 Agustus 1945 di kantor Syucho Pekalongan bahwa tentara Sekutu akan datang, dan Jepang sendiri tak menyinggung proklamasi kemerdekaan RI,apalagi menyerahkan kekuasaan pemerintahan kepada bangsa Indonesia.
Pada tanggal 28 Agustus 1945 di Pekalongan terbentuk Komite Nasional. Indonesia Daerah Karesidenan Pekalongan.Ketua KNID Pekalongan adalah Dr Sumbaji. Pengurus KNID Pekalongan menganjurkan suatu Badan Kontak yang terdiri dan wakil – wakil aliran politik masyarakat, dengan tujuan menampung aspirasi rakyat, agar segala tindakan bisa manunggal. dan terkoordinasi, sebab sejak Pendudukan Jepang partai politik dilarang.Setelah dimintakan saran dan Mr Besar, yang menjabat sebagai Fuku Syuchokan di Pekalongan, kesimpulannya Badan kontak formal tak perlu dibentuk. Namun kontak dan koordinasi diserahkan kepada Badan Eksekutip KNID Pekalongan yang telah memiliki legalitas. Selain itu untuk tidak menimbulkan kecurigaan dan pihak Jepang.
Anggota Eksekutip KNID Pekalongan:
1. Dr Sumbaji Ketua
2. Dr Ma’as wakil ketua
3. R Suprapto anggota
4. Kromo Lawi anggota
5. A Kadir Bakri anggota
6. Ky H Moh Ilyas anggota
7. Jauhar Arifin anggota
8. S Wignyo Suparto anggota
C. PERUNDINGAN DENGAN PIHAK JEPANG
Kelompok BPKKP, Kelompok KNID, dan Angkatan Muda yang diwakili pemuda Mumpuni dan Margono Jenggot, selalu berunding di kantor BPKKP (sekarang bekas kantor DeppenKodya Pekalongan).ini merupakan kegiatan rutin, konsultatif untuk merencanakan langkah-langkah yang perlu diambil sesuai perkembangan.
Pertemuan antar kelompok wakil-wakil masyarakat Pekalongan memutuskan untuk berunding dengan pihak Jepang sesuai dengan diktum proklamasi yakni hal-hal mengenai pemindahan kekuasaan dan lain-lain diselenggarakan dengan cara seksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya . Untuk keperluan pengambilalihan kekuasaan ini diputuskan agar Mr Besar. Dr Sumbaji dan Dr Ma’as menghadap Syuchokan untuk mengadakan perundingan tentang pengambilalihan kekuasaan di Pekalongan.
Suasana di Pekalongan semakin memanas dan pihak Jepang akhirnya tidak menolak untuk berunding dengan tokoh-tokoh Pekalongan. Perundingan ditetapkan tanggal 1 Oktober 1945 jam 10.00 di kantor Syucho. Namun secara mendadak pihak Jepang minta perundingan ditunda dua hari karena situasi yang gawat di Semarang. Usul Pengunduran dirundingkan bersama di rumah Mr Besar dengan angkatan muda dan akhirnya ditentukan :
Ø Perundingan ditetapkan 3 Oktober 1945 jam 10.00 pagi di markas Kempetai.
Ø Para anggota delegasi Indonesia terdiridari Mr Besar, dan anggota Eksekutip KNI
Ø Ketua delegasi ditentukan Dr Sumbaji.
Ø Tuntutan dari pihak Indonesia terdiri dari 3 pasal, yakni :
1. Pemindahan kekuasaan pemerintahan dari Jepang kepada pihak Indonesia di laksanakan dengan damai dan secepatnya.
2. Diserahkan semua senjata yang ada ditangan Jepang baik yang ada di Kempetai, Keibitai, maupun ditangan Jepang sakura kepada pihakIndonesia.
3. Memberi jaminan kepada pihak Jepang, bahwa mereka akan dilindungi, diperlakukan dengan baik, dan dikumpulkan menjadi satu di markas Keibitai. (sekarang Kantor Bappeda Kodya Pekalongan). Sampai dan termasuk socitet delectatio, dan Handelsbank.
Mundurnya perundingan digunakan sebaik-baiknyaoleh para pemuda untuk mengerahkan massa mengikuti jalannya perundingan di markas Kempetai yang sekarang menjadi gedung Pemuda di Jl. Pemuda Pekalongan.
D. PERUNDINGAN 3 OKTOBER 1945 DI MARKAS KEMPETAI
Sejak pagi hari masyarakat Pekalongan berbondong bondong membanjiri depan markas Kempetai dan sekitar taman KebonRojo di sekitar Jl. Pemuda Sekarang, untuk mengikuti jalannya perundingan antara tokoh masyarakat Pekalongan dengan pihak Jepang mengenai pengambilalihan kekuasaan pemerintahan dan tangan Jepang. Sampai pukul 09.30 masyarakat telah membanjiri sekitar tempat perundingan tersebut. Mereka berikat kepala dan lencana merah putih dan senjata seadanya,seperti kelewang, arit parang, pentungan kayu. bahkan ada yang membawa minyak tanah untuk membakar markas Kempetai.
Pukul 09.45 delegasi Indonesia dengan berjalan kaki dari rumah Mr Besar menuju markas Kempetai.Mereka dielu-elukan massa dengan teriakan “Hidup Republik Indonesia, jangan mundur dari tuntutan.Hidup wakil-wakil rakyat Pekalongan “Rombongan diantar sampai gerbang markas Kempetai dengan sorakan dan teriakan massa“ Jangan mau tawar, Jangan mundur dari tuntutan.Berhasilah, kami menunggu. Kami tidak akan bubar sebelum bapak-bapak kembali, kembali dengan selamat “.
Pemuda Rahayu dan Bismo dengan berani menancapkan bendera merah putih di atap markas Kempetai,dalam rangka mengobarkan semangat rakyat. Sementara tokoh ulama yang bernama kyai H. Syafei memimpin dan mengerahkan massa rakyat. Pada saat itu juga para pemuda menyandera orangJepang Sakura ( Jepang yang ditugasi urusan sipil ) maupun lainnya kurang lebih 15 orang di ruangan kantor Syucho yang tak begitu luas. Mereka dijaga puluhan pemuda dengan senjata yang bermacam-macam. Ancaman pemuda adalah akan membunuh tawanannya bila perundingan gagal.
Tepat pukul 10.00 pagi perundingan dimulai.Meja disusun leter U.Pihak Jepang duduk dalam satu baris menghadap ke barat. terdiri dari :
1. Tokonami ( Syuchokan )
2. Kawabata ( Kempetaicho )
3. Hayashi ( Staf Kempetai )
4. Horizumi ( penterjemah )
Sedangkan delegasi Indonesia ada dalam dua baris terdiri dan baris utara dan selatan. Deret sebelah utara adalah :
1. Mr Besar 2.Dr Sumbaji 3.Dr Ma’as
Deretan selatan adalah :
1. R Suprapto 2. Kadir Bakri 3. Jauhari arifin
Anggota Eksekutif KNI yakni Kromo Lawi, Kyai Moh Ilyas sampai perundingan dimulai ternyata tidak hadir.
Mr Besar membuka perundingan dengan terlebih dahulu memperkenalkan delegasi Indonesia dilanjutkan mengemukakan maksud kedatangan dan tujuan mengadakan perundingan dengan pihak Jepang.Pihak Jepang menyambut dengan pertanyaan mengapa pihak Indonesia datang dengan membawa massa yang banyak ? karena hal ini akan menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan.
Dr Sumbaji selaku ketua delegasi menyatakan perlunya tindak lanjut setelah adanya proklamasi kemerdekaan, yakni terlaksananya pemindahan kekuasaan dan pemerintah Jepang kepada Indonesia dengan damai , serta disampai kan tuntutan 3 pasal dengan harapan Jangan sampai terjadi insiden yang dapat mengorbankan rakyat banyak.
Tokonami menjawab bahwa, pemerintah Bala Tentara Dai Nippon sudah mendengar adanya proklamasi yang dibacakan oleh Bung Karno dan Bung Hatta tanggal 17 Agustus1945 di Jakarta, namun di daerah ini pemenintah Dai Nippon tidak bisa menerima keinginan pihak Indonesia karena pihaknya masih berkewajiban menjaga status quo yang ada demi kepentingan , keamanan dan keselamatan rakyat. Pihak Jepang memahami tuntutan delegasi Indonesia, tetapi pihaknya terikat dengan Sekutu bahwa sebelum ada instruksi dan Dai Nippon di Jakarta , pihaknya ada instruksi dan Dai Nippon di Jakarta , pihaknya masih bertanggungjawab untuk mempertahankan status quo. Kemudian Dr Maas angkat bicara, bahwa sebenarnya tentang pemindahan kekuasaan sudah tiada persoalan lagi,karena Jendral Terauchi telah berjanji waktu bertemu Bung Karno di Bangkok akan memerdekakan Indonesia. Bukankah sekarang sudah tepat pada waktunya ? Seorang Kempetai melaporkan bahwa ada wakil pemuda yang akan bertemu Dr Sumbaji. Setelah diijinkan, Mumpuni dan Margono berbicara langsung dengan Dr Sumbaji dengan nada keras : “Sudahkah perundingan selesai ? jangan terlalu lama rakyat tidak sabar menunggu.
Ketika penterjemah Jepang sedang rneneterjemahkan Pembicaraan Dr Sumbaji, sekonyong-konyong terdengar suara letusan senjata diluar. Keadaan menjadi sunyi terdengar teriakan serbu, serbu dari luar.Delegasi Jepang segera meninggalkan sidang masuk ke ruangan Kempetai .Sementara delegasi Indonesia ditinggal begitu saja.
Mr Besar bersama rombongan meninggalkan markas Kempetai lewat pintu belakang.
Rakyat banyak menjadi korban mitraliur Jepang yang memberondong massa. Perundingan belum selesai dan gagal, yang ada hanya korban dan rakyat yang tak berdosa.Jepang Sakura yang ditawan para pemuda pun tak luput dari pembunuhan massa yang marah akibat kejadian yangtidak mereka inginkan.Rakyat lari cerai berai menyelamatkan diri dari sasaran tembakanJepang.Rakyat yang terluka banyak yang melarikan diri tapi tak kuat dan terjatuh di sekitar taman Pasar Ratu di depan markas Kempetai.Mereka yang luka dan dapat lolos dan keributan akhirnya dibawa ke Rumah Sakit Kraton.
Tidak banyak diketahui korban dipihak Jepang,karena yang mati dan yang luka dapat dilarikan.Namun banyaknya darah yang menggenangi lantai tawanan Jepang menjadi saksi berapa banyak Jepang yang terbunuh. Sementara dipihak rakyat Pekalongan yang menjadi korban cukup banyak, yakni 37 orang meninggal dan 12 orang menjadi cacat. Berdasarkan laporan beberapa penulis dan pelaku sejarah ada kesimpangsiuran mengenai jumlah korban yang meninggal, meskipun hitungan yang cacat sama, yakni 12 orang.
Beberapa pendapat mengenai korban yang dapatdihimpun penulis antara lain :
1. Menurut buku Pengabdian Resimen XVII kepada bangsa dan negara, mencatat korban meninggal 35 orang dan mereka tergeletak selama 2 hari di halaman gedung Kempetai.
2. Menurut catatan DHC 45 Pekalongan dalam tulisannya yang berjudul, Perjuangan Pemuda Pekalongan mengusir Jepang di Pekalongan 3 Oktober 1945 menuliskan pahlawan yang gugur 36 orang, seorang meninggal di depan kantor Kempetai.
3. M. Syaichu dalam bukunya yang berjudul Sekilas perjalanan hidupku melaporkan bahwa korban dipihak pejuang sebanyak 32,tetapi ada yang mencatat 37 orang dan yang cacat 12 orang.
4. Dalam buku Pekalongan Kota Batik menuliskan tentang 35 Pahlawan gugur dalam pertempuran 3 Oktober 1945 korban tewas 35 orang, cacat 12 orang.
5. Menurut daftar nama pahlawan yang gugur melawan Kempetai Tanggal 3 Oktober 1945,dari paguyuban keluarga pahlawan 3 Oktober 1945 adalah :
1. Mi’an B. Dasim 17. Sidar
2. Ramlan B.Sirus 18. Bakri
3. N.Tjusiah binti Tjaman 19. Ridwan
4. Barkon 20. Tjardi
5. Salap 21. Amien
6. Hufron B. R. H. Agus 22. Muchani B. koetjit
7. Mijako B. Subali 23. Mustadji B. Saleh
8. Amat Baroch B. M. Patih 24. Moedidjat
9. Soedjati 25. Ibnu B. Sabu
10. Abdoel Latief 26. Tasiman
11. Abu 27. Amat B. Santi
12. Tjarjadi 28. M. Jahja B. Soetardjo
13. Tojib 29. Azin B. H. Ali
14. Rifai 30. Mailburi B. Denan
15. Ating 31. Sech B. MachmudAlidrus
16. Andang 32. Moenawir B Djauhari
33. Salim
34. Imam bin HAI
35. R. Soebagyo
36. Martono
37. M.Soemardi
Adapunyang cacat ada 12orangyakni :
1. M Soemekto 7.Rochmat
2. M Rahajoe 8.Said BinTarbi
3. MDjaelani Kanafi 9.RachmanFadhil BSaid
4. Damiri B Dasmin 10. Rasmadi B Kasmawi
5. Pari B Marsan 11.Rasto
6. Kadim B Sirus 12. Djaelani Radji
E. PENYELESAIAN AKHIR MASALAH
Setelah pertempuran yang tak seimbang terjadi, rakyat akhirnya bubar, sementara korban bergeletakan di sekitar markas Kempetai. Suasana sunyi.Dan hanya ada beberapa anggota Kempetai yang berjaga-jaga diluar markas dengan bayonet terhunus. Tokoh masyarakat,anggota delegasi berusaha mengatasi masalah dengan menghubungi ke Semarang, karena kawatir pihak Jepang akan membalas dendam terhadap masyarakat.Interlokal dengan B Suprapto diperoleh jawaban bahwa Semarang tidak dapat membantu, sebab Semarang sendiri keadaannya masih gawat.
Eks Daidancho H Iskandar Idris menghubungi Eks Daidancho Sudirman di Purwokerto per telpun mengenai kasus di Pekalongan, dan minta bantuan agar dapat menghubungi penguasa tentara Jepang untuk wilayah karesidenan Banyumas dan Pekalongan.Daidancho Sudirman menyetujui disanggupi dan akan memberitahukan kepada Pekalongan lebih lanjut.
Anggota Palang Merah Indonesia yang waktu itumasih embrio, seperti Dr Agus Muljadi, JJ Tupamahu, Dr IS Lisapaly, Dr Sunarjo Said, Dr Sumbaji menolong korban yang masih bergelimpangan di sekitar markas Kempetai.Pihak Jepang memperbolehkan sukarelawan yang mengurus korban pertempuran harus tenaga wanita dokter sendiri. Sukarelawan wanita yang aktif membantu antara lain Hardinar Mulyadi (Ny. Maryono,SH), dan Mary Soemakno (Istri mantan KAPOLRI Hugeng). Jenazah di semayamkan di Rumah Sakit Kraton sebentar, lalu dimakamkan.Makam ini sekarang bernama Taman Makam Pahlawan Rekso Negoro di desa Panjang.
Tanggal 5 Oktober 1945 diterima kabar dari Purwokerto bahwa penyelesaian berhasil dengan baik . Hubungan kantor Kempetai lewat telepon yang diblokir pihak republik, supaya dibuka kembali agar Butaicho penguasa militer Jepang untuk karesidenan Banyumas dan Pekalongan dapat langsung memberi perintah kepada satuan tentara Jepang di Pekalongan.
Hasil perundingan dari eks Daidancho Sudirman hampir memenuhi harapan rakyat Pekalongan, yakni :
1. Seluruh Bala Tentara Jepang dan Jepang sipil akan dijemput oleh Butaicho dari Purwokerto dan akan diangkut dengan truk ke Purwokerto.
2. Semua peralatan perang akan ditinggalkan dan diserahkan kepada eks Daidancho Pekalongan.
3. Pemerintahan dipindahkan kepada pejabat Indonesia secara geruisloos.(tanpa upacara dan tanpa timbang terima).
4. Tanggungjawab keamanan dan ketentraman menjadi tanggungjawab orang Indonesia.
5. Eks Daidancho Pekalongan supaya menjemput utusan Butaicho dari Purwokerto di Tegal. Perjalanan dan pulangnya mengangkut orang-orang Jepang jangan sampai terganggu atau ada provokasi dari pihak pemuda.
6. Penyerahan senjata tersebut butir 2, dilaksanakan setelah sampai di Tegal secara geruisloos.
Ketentuan-ketentuan itu akhirnya diterima rakyat Pekalongan dengan gembira dan pelaksanaannya berjalan dengan aman tertib dan lancar.
F. PENUTUP
Peristiwa 3 Oktober 1945 sudah 69 tahun berlalu,namun semangat perjuangan rakyat Pekalongan tak pernah padam.Dan untuk mengenang pengorbanan pikiran, tenaga serta jiwa dan raga para pejuang, maka dibekas markas Kempetai dibangun sebuah monumen untuk memperingati peritiwa 3 Oktober di Pekalongan, yang peresmiannya dilaksanakan Tanggal 20 Mei l964. Monumen perjuangan ini dipugar beberapa kali, dan akhirnya Tanggal 3 Oktober1983 oleh pemerintah daerah kodya Pekalongan dibuatkan monumen yang megah di depan bekas markas Kempetai yang dahulu bernama taman Kebon Rojo Pekalongan. Letak monument di Kebon Rojo karena daerah ini juga tempat terjadinya peristiwa yang herois tersebut.
Pemda Dati II Kodya Pekalongan pun telah membuat peraturan daerah No 5 tahun 1983 tentang Penetapan Tanggal 3 Oktober sebagai hari peringatan pertempuran di Pekalongan.
Dari sejarah pertempuran 3 Oktober 1945, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Peristiwa 3 Qktober 1945 di Pekalongan merupakan salah satu sejarah lokal bertema revolusi nasional yang terjadi di daerah Pekalongan.
2. Ternyata banyak tokoh-tokoh di Pekalongan yang gigih dalam mempertahankan kemerdekaan.
3. Ternyata persatuan dan kesatuan masyarakat antara ulama,pemuda,KNID, PMI dan segenap rakyat sangat membantu perjuangan pengambilalihan kekuasaan ini, meskipun harus ditebus dengan nyawa 37 pahlawan dan raga yang cacat dan 12 pejuang.
Setelah meneliti dan membaca referensi tentangPeristiwa 3 Oktober 1945 di Pekalongan, penulis menyarankan hal-hal sebagai berikut.
1. Situs sejarah berupa bekas markas Kempetai yang sekarang statusnya sudah menjadi Masjid Syuhada, serta situs lainnya seperti monument, rumah residen serta kantor residen agar tetap terpelihara dengan baik..
2. Hendaknya diadakan penelitian dan pengkajian yang serius sesuai dengan metode penulisan sejarah agar dapat menghasilkan tulisan yang menarik, ilmiah dan objektif.
3. Mengenalkan kepada generasi muda, khususnya pelajar di Pekalongan untuk mempelajari, membaca dan mendiskusikan peristiwa 3 Oktober 1945 lewat pelajaran sejarah atau forum temu siswa yang lain.
4. Pemerintah daerah agar memperhatikan kesejahteraan keluarga pahlawan 3 Oktober 1945 yang benar-benar perlu bantuan moral dan material.
5. Hendaknya diadakan temu tokoh peristiwa 3 Oktoberyang masih ada dengan keluarga korban peristiwa ini sehingga tercipta sambung rasa yang baik.
Akhirnya bangsa yang besar adalah bangsa yang dapat menghargai jasa para pahlawannya.Amien.

Puisi


TRAGEDI DARI KEBON ROJO :
PERISTIWA 3 OKTOBER 1945 DI PEKALONGAN
            Bambang Indriyanto

Memandang patung monumen di hari senja
ingin menerawang ke masa purba
di tahun empat lima, bulan oktober hari ketiga
episode sejarah terjadi sudah
seperti yang telah diceritakan simbah :
tentang sepenggal revolusi lokal berdarah
Gema proklamasi dari pegangsaan
dibawa burung, angin serta gerbong kereta api
bagai embun teterkan kesejukan sukma
pelepas dahaga dari panasnya angkara
yang berpuluh bahkan beratus tahun renjana
Sang petinggi ingkar janji
rakyat mesti ambil alih dari kempetai
dengan aksi maupun kompromi
asal rakyat bersatu padu dalam damai
Pagi yang cerah massa datang dari berbagai arah
berjejer di Kebon Rojo melimpah ruah
sambut pemimpinnya berunding dengan gagah
Namun
dalam suasana perundingan, terdengar letusan tembakan
entah dari mana, entah oleh siapa
disusul berondongan mitraliur jepang meraung garang mencari mangsa
banyak yang berteriak kesakitan
semua geram, raga tak mampu melawan
ini bukan pertempuran kawan
tetapi pembantaian rakyat pekalongan
suasana mencekam, sepi dan sunyi
tiga puluh tujuh nyawa melayang
dua belas orang tergeletak, sekarat dan cacat
hai kawan, semangatmu takkan pernah hilang
tetap terpatri dihati anak negeri
yang selalu memaknai serta memberi arti
pada tulang-tulang yang mati
untuk dipersembahkan kepada bunda pertiwi
Pekalongan, 7 Mei 2007
( Antologi Puisi Tentang Kota Pekalongan , Agustus 2007 )
L

Minggu, 14 September 2014

Sejarah Lokal

SEJARAH LOKAL KRITIS ANALITIS

A.    PENDAHULUAN
Arti sejarah adalah kejadian hidup manusia pada masa lampau dalam segala aspeknya, baik aspek sosial, ekonomi, budaya, politik, serta yang lainnya. Di dalam bahasa Inggris sejarah dikatakan History yang juga aslinya bahasa latin Istoria yangberarti ilmu.Menurut aristoteles istoria berarti mengkaji gejala alam, entah susunan kronologi merupakan faktor atau tidak di dalam pertelaan;penggunaan ini dalam bahasa inggris masih digunakan dengan sebutan natural history. Definisi umum kata history adalah masa lampau umat manusia. Dan setiap bangsa memiliki sejarah sendiri-sendiri, sesuai dengan perkembangan budaya, sosial, ekonomi dan politik bangsa itu sendiri. Sejarah Indonesia, adalah sejarah nasional bangsa Indonesia yang dimulai dengan dikenalnya tulisan, sampai sekarang ini. Sejarah nasional ini meliputi seluruh jaman dan seluruh daerah yang sekarang bernama Republik Indonesia.
Selain sejarah nasional yang kita kenal sekarang ini, telah berkembang pula istilah baru dalam ilmu sejarah, yakni sejarah lokal. Studi sejarah lokal ini terkait erat dengan tradisi lisan dan tertulis di masyarakat. Sejarah yang kita miliki bermula berasal dan sejarah lokal.Babad, tambo, hikayat dan sebagainya yang menceritakan asal usul suatu daerah tertentu, sebetulnya sudah merupakan tradisi penulisan sejarah daerah tertentu.
Pengertian sejarah lokal adalah sejarah lokal bisa dikatakan sebagai suatu bentuk penulisan sejarah dalam lingkup yang terbatas yang meliputi suatu lokalitas tertentu (I Gde Widja, 1989 :13 ) .Sejarahwan Inggris mengatakan bahwa sejarah lokal adalah sejarah mengenai asal usul pertumbuhan, kernunduran dan kejatuhan suatu kelompok masyarakat lokal.Sementara Jordan membeni pengertian tentang sejarah lokal sebagai sejarah dan keseluruhan lingkungan sekitar yang berupa kesatuan wilayah misalnya desa, kecamatan, kota ataupun kabupaten beserta unsur institusinya, sosial budaya yang ada di lokalitas tersebut. Sedangkan Taufik Abdullah mendifinisikan sejarah lokal sebagai sejarah daerah-daerah etnis kultural yang ada di suatu lokalitas dan sebagian wilayah Republik Indonesia.

B.     RUANG LINGKUP DAN CORAK SEJARAH LOKAL SEJARAH LOKAL
Sejarah lokal mengandung arti suatu tempat atau lokasi tertentu serta waktu yang tertentu pula. Jadi sejarah local dapat berupa sejarah desa, tertentu, kota tertentu, keluarga tertentu atau organisasi daerah tertentu, disuatu komunitas. Sejarah lokal terbatas ruang Iingkup geografisnya. Sedangkan tentang pembabakan sejarah lokal tidak mesti harus sama dengan pembabakan sejarah nasional.



Adapun corak sejarah lokal adalah :

1.      Studi yang difokuskan pada suatu peristiwa tertentu studi kasus pada peristiwa khusus. Ini disebut bercorak evenemental.
2.      Studi sejarah lokal yang menekankan pada struktural ( pelapisan Sosial dalam orientasi cultural ).
3.      Studi yang mengambil perkembangan aspek tertentu dalam kurun waktu tertentu. Hal ini disebut bercorak tematikal.
4.      Studi sejarah lokal secara umum, dengan menguraikan perkembangan daerah tertentu ( misalnya propinsi, kota, kabupaten ) dan masa ke masa.

C.     SUMBER SEJARAH LOKAL
Sumber sejarah lokal baik yang berwujud sumber lisan dan tertulis, serta sumber benda atau yang lainnya dapat dibagi dalam 4 jenis sumber sejarah lokal yaitu:
1.    Jejak non material : berupa lembaga masyarakat adat, kepercayaan, tradisi,hal-hal gaib, dongeng, bahasa/sastra dan lain lain.
2.    Jejak material : terdiri bermacam-macam benda artefak, dan benda rumah tangga misalnya alat pertanian, alat berburu, lukisan, patung, mesin, kendaraan dan sebagainya
3.    Jejak tertulis :surat catatan harian, prasasti, kisah perjalanan, manuskrip. Surat perintah, surat keputusan ( surat kekancingan ), dan yang berupa cetakan/buku,surat kabar, majalah, pamflet, dokumen.
4.    Jejak representasional : Yaitu jejak atau sumber yang mewakili jejak yang lain.Contoh potret atau lukisan.

D.    TIPE-TIPE SEJARAH LOKAL
Berdasarkan tujuan penulisan sejarah lokal, latar belakang pendidikan penyusunnya dan sifat pendekatan metodologinya dan aspek kehidupan sasaran utama sejarah lokal, maka sejarah lokal dapat dibagi dalam beberapa tipe yakni:
1.      Sejarah lokal tradisional.
2.      Sejarah local dilentalis.
3.      Sejarah lokal kolonial.
4.      Sejarah lokal edukatif inspiratif.
5.      Sejarah lokal kritis analitis.
Pembicaraan ini  untuk sejarah local adalah tentang Sejarah Lokal Kritis Analitis. Dan dalam bahasan sejarah lokal kritis analitis ini, terlebih dahulu kita paparkan secara singkat sejarah lokal kritis analitis sebagai berikut:
Sejarah lokal kritis analitis, adalah sejarah lokal yang sifat uraiannyamaupun pembahasannya telah menggunakan pendekatan metodologis sejarah secara ketat. Sejak dan pemilihan obyek studi, langkah-langkah atau prosedur kerja hingga penyusunan sejarahnya atau historiografinya didasarkan pada konsep-konsep metodologi penelitian historis secara mantap.
Sejarah lokal kritis analitis, berarti penyusunan penulisan sejarah atau historiografi dengan menggunakan metodologi sejarah.
Seperti diketahui metode penelitian histori akan melewati 4 tahap yaitu:

1. Heuristik, yaitu kegiatan menghimpun jejak-jejak masa lampau atau bukti-bukti sejarah.Jejak-jejak itu dapat berupa kejadian, benda peninggalan masa lampau dan bahan tulisan ( NugrohoNotosusanto 1971 : 18 ).
2. Kritik sumber, yaitu merupakan usaha untuk mendapatkan jejak atau sumber yang benar dalam arti benar-benar mengandung informasi yang relevan dengan cerita sejarah yang disusun ( I Gde Widja, 1988 : 21 ).
3. Interpretasi, merupakan usaha untuk mewujudkan rangkaian kata fakta-fakta yang bersesuaian satu sama lain. (I Gde Widja, 1988: 23).
4. Historiografi, yaitu menyusun cerita sejarah secara kronologis dan logis.

Dengan bertumpu pada 4 tahap dalam penelitian dan penulisan sejarah, maka sejarah lokal sudah dapat dikatakan sebagai sejarah lokal kritisanalitis. Penyusunan sejarah ini umumnya dilakukan oleh sejarawan profesional bukan amatiran. Meskipun sejarawan amatiran atau peminat sejarah tidak berarti tak berguna bagi penyusunan sejarah lokal. Karena tulisan sejarawan amatir sering kali dapat dipakai sebagai titik tolak penelitian sejarawan profesional.
Hasil historiografi lokal ini akan sangat bermanfaat membantu menambah khasanah sejarah nasional. Sebab sejarah lokal ini dipandang sebagai bagian sejarah nasional. BiIa kita ingin mengetahui lebih lengkap mengenai sejarah nasional, dapat kita baca tambahannya lewat historiografi sejarah lokal. Karena sering terja diperistiwa yang terjadi di tingkat nasional baru dapat dipahami apabila kita mempelajari peristiwa di tingkat lokal. Peristiwa yang bersifat umum seperti pengambilalihan kekuasaan dan tangan Jepang setelah proklamasi kemerdekaan 17Agustus 1945 terjadi di seluruh Indonesia dan tertulis dalam sejarah nasional. Tetapi peristiwa secara detail terdapat pada sejarah lokal. Contoh pertempuran 3 Oktober 1945di Pekalongan, merupakan bukti pengambilalihan kekuasaan dari tangan Jepang di Daerah. Demikian pula tentang prasasti Sojomerto dari Kabupaten Batang walau penemuan di desa di Batang tapi mewarnai sejarah klasik pengaruh Indonesia India.
Sejarah lokal kritis dan analitis, berarti usaha untuk meninggalkan penulisan yang magis takhayul, yang hanya menuliskan keindahan atau memoar seseorang di masa lampau, yang bersifàt penjajah sentris, dan sifat subyektif penulis atau adanya kepentingan tertentu dan penulis.

E.     PENUTUP
Bahwa sejarah lokal kritis analitis sangat diperlukan dalam rangka penyusunan sejarah nasional dan sebagai bagian dan sejarah nasional, sejarah lokal akan memberikan konstribusi bagi penulisan sejarah nasional di tingkat lokal. Penulisan sejarah yang kritis analitis berarti penulisan suatu sejarah lokal sudah menggunakan metodologi penelitian sejarah yang tepat. Bahkan penulis yang sudah menggunakan pendekatan metodologi sejarah ini akan membimbing mereka menjadi sejarawan profesional.Sedangkan usaha untuk mengesampingkan kepentingan golongan dan pribadinya akan membantu tertulisnya historiografi yang obyektif.
Ingat History bukan His Story.


 oooOOOooo
Powered By Blogger

BUKU TAMU

PROFILKU

Foto saya
Pekalongan, Jawa tengah, Indonesia

Yang mengunjungi Blog ini

CHATTING


ShoutMix chat widget

JAM BERAPA ?

KELUARGAKU

KELUARGAKU
Wisuda Statistik Terapan D3 MIPA UNNES

gubuk

gubuk
di depan rumah

wisuda UNNES

wisuda UNNES
Fakulta s MIPA Jurs Pendidikan Matematika

KAMUS INGGRIS-IINDONESIA

Bagaima isi puisiku ?

PENGIKUT

KOMENTAR