Selasa, 16 Desember 2008

ARTIKEL ANGGOTA KOMUNITAS PENA

Meraba Kirab Pusaka "Abirawa"
§ Oleh Waskitho AS
PERINGATAN Hari Jadi Ke-41 Kabupaten Batang yang jatuh 8 April, nampaknya perlu menjadi catatan tersendiri. Dalam kurun waktu enam tahun terakhir, satu hal yang menarik dari peringatan itu barangkali hanya kirab pusaka Tombak "Abirawa", yang pada era Drs Soehoed, salah satu Bupati Batang terdahulu, dijabarkan dengan kalimat angudi binangun rancak wewangunan.
Entah daya tarik apa yang melekat pada beberapa pusaka -yang antara lain berbentuk tombak dan senjata tradisional tempo doeloe itu, selain karena alasan normatif.
Karena kirab pusaka bagi masyarakat Batang adalah sesuatu yang baru, beberapa pendapat dalam menilai suatu kirab pun begitu beragam. Ada yang berpendapat kirab pusaka adalah bentuk usaha memperkenalkan benda-benda sejarah kepada generasi sekarang yang berkesan instan, menghormati peninggalan para leluhur, dan ada juga yang berpendapat hal itu merupakan ide para sesepuh keturunan tokoh pendiri Batang yang sedikit gelisah dalam memandang suatu zaman.
Memperkenalkan benda-benda sejarah adalah wajar, karena hingga sekarang Batang belum punya museum. Selama ini benda-benda pusaka itu disimpan di salah satu rumah keturunan pendiri Batang. Dalam konteks menghormati, tradisi orang Batang tidaklah diragukan. Tidak hanya dalam acara penjamasan benda-benda pusaka.
Di pedesaan, ketika seseorang merenovasi rumah, bangunan kuda-kuda yang akan diganti pun harus tetap dipasang, bersanding dengan bangunan kuda-kuda yang baru.
Tidak hanya untuk memperkuat bangunan, tetapi juga sebagai wujud penghormatan kepada peninggalan pendahulunya.
Kalau toh kirab pusaka memang benar ide dari sesepuh Batang, harus dimaklumi sebagai wujud kepedulian sikap nguri-uri kebudayaan yang didukung pemerintah, yang kebetulan saja Bupati Batang sekarang adalah generasi kesekian dari pendiri Batang.
Yang jelas, masyarakat punya hak dan apresiasi sendiri terhadap benda-benda itu, yang kadang mengalahkan acara lomba-lomba dan upacara formal ataupun pergelaran kesenian yang dipusatkan di alun-alun.
Dalam kondisi negara yang semakin tak menentu seperti sekarang, kirab pusaka seperti menawarkan hiburan sejenak, melupakan kepenatan beban hidup.
Boleh jadi, mungkin bisa sebagai solusi dan kontemplasi, betapa kebaikan kelak akan lebih baik seperti masa lalu yang diwakili simbol pusaka dan format kepemimpinan tempo doeloe. Dalam hal itu, mungkin ada sebagian masyarakat yang menilai kirab sebagai pintu awal bangkitnya suatu peradaban yang lama terkubur.
Porsi perhatian mereka semakin mengental ketika opini adanya kesakralan dari benda-benda pusaka itu perlahan mengkristal kuat.
Sebagian masyarakat semakin diajak untuk sadar, bahwa melalui media kirab pusaka diperlihatkan semangat untuk tidak hanya memiliki dan memelihara pusaka adiluhung. Lebih dari itu, melalui kirab pula dibangkitkan kerinduan sejarah masa lalu yang mungkin dulu lebih baik.
Sosok bupati dan para pembantunya yang diformat ala masa lalu saat kirab pusaka berlangsung, bisa dinilai sebagai usaha untuk mendekatkan kerinduan masyarakat itu.
Senyum dari bupati dan pengiringnya saat berlangsungnya kirab yang dilemparkan ke lautan masyarakat di kanan kiri jalan, sesekali diselingi lemparan uang recehan, adalah simbol betapa kita membutuhkan pemimpin yang memang seperti itu.
Itulah, yang sebetulnya menjadi koreksi bagi kita, terutama para pemimpin untuk berkepribadian seperti yang diperagakan saat berlangsungnya kirab.
Masalah lain yang lebih penting yaitu pascakirab. Selama ini, kesan kirab pusaka hanya sebatas ritual. Para sesepuh, boleh jadi adalah pihak yang merasa sedih jika makna kirab hanyalah sebatas hiburan masyarakat. Nilai-nilai filosofis dan historis pun tercampakkan. Lantas bagaimana kelanjutannya setelah kirab itu berakhir?
Jika kondisi seperti itu dibiarkan, memang dalam jangka pendek tidak terasa. Dalam jangka panjang, boleh jadi masyarakat Batang akan kehilangan dan meninggalkan sejarahnya. Saatnya sekarang, pemerintah harus mampu menangkap kegelisahan yang sekarang belum nampak itu.
Ketika terbetik kabar THR Kramat akan dihidupkan kembali sebagai wujud kesadaran historis kelahiran Kabupaten Batang, bayangan publik ternyata seperti mengarah kepada gambaran akan munculnya sumber dan gairah ekonomi baru.
Namun, patutlah disayangkan jika hingga sekarang belum ada pemikiran bahwa kawasan itu wajib difungsikan sebagai media pendidikan dan budaya serta sejarah Batang.
Adanya ide kawasan rekreasi THR Kramat tidak hanya untuk menarik investasi seiring banyak ditemukannya benda-benda purbakala, nampaknya perlu dihargai.
Menjadikan THR Kramat sebagai pusat sejarah Batang, yang didalamnya ada fasilitas museum benda-benda pusaka atau dokumentasi sejarah Batang sejak prasejarah, zaman klasik, dan masa Kerajaan Mataram, serta prestasi yang diraih hingga sekarang, nampaknya perlu untuk direnungkan. Paling tidak, sebagai alternatif selain kirab pusaka.
Bagaimana pun, generasi sekarang jangan hanya tahu sejarah Batang justru pada saat kirab pusaka. Mengakses dengan maksimal lewat kawasan khusus yang disediakan secara sempurna, sudah saatnya direalisasikan.(68)
-- Waskitho AS, praktisi di Komunitas Pena Batang

Pengurus Komunitas Pena Batang

Susunan Pengurus Komunitas Pena Batang Periode 2007 - 2010


Ketua : Drs. Sugito Hadisastri
Wakil : T. Jirien, SPd
Sekretaris : Waskitho AS
Wakil Sekretaris: Kawe Shamudra
Bendahara : F. Fazani, SAg
Anggota

Bambang Indriyanto, Sugiarto, ES Prasaja, Agus Sukmo, Maghfur Saan, Hamid Kaha, Sulistiyo Suparno, Vies, Widodo, Fahrudin Hidayat, Purbo Kuncoro, Diyaning Widya Yudhistira, Haryoko Maskha, Mudiat Johan, Eman Suwarto, Tuti Ruswati, Amat Marzuki, Agung Abdullah, Rini Masriyono, Sukisno Kaidi, Eko Budi Nurcahyo, Rakimin, Tri Bakdo, Sujati, Suraji, Hery .Wijayanto, Adi Prasetyo, Sugeng Isdiyanto, Vikka Dian, Uchi.


Batang, 21 Agustus 2006

PENGURUS KOMUNITAS PENA BATANG

Ketua, Sekretaris,



Drs. SUGITO HADISASTRO WASKITHO AS
Powered By Blogger

BUKU TAMU

PROFILKU

Foto saya
Pekalongan, Jawa tengah, Indonesia

Yang mengunjungi Blog ini

CHATTING


ShoutMix chat widget

JAM BERAPA ?

KELUARGAKU

KELUARGAKU
Wisuda Statistik Terapan D3 MIPA UNNES

gubuk

gubuk
di depan rumah

wisuda UNNES

wisuda UNNES
Fakulta s MIPA Jurs Pendidikan Matematika

KAMUS INGGRIS-IINDONESIA

Bagaima isi puisiku ?

PENGIKUT

KOMENTAR