Puisi 5
SEHARI SEBELUM PUASA
Bambang Indriyanto
Sehari sebelum puasa
ada secangkir teh manis serta tempe goreng
di siang yang kering
muncul bincang-bincang
tentang cinta tentang kehidupan
tentang benci tentang mati
sehari sebelum puasa
rokok terakhir mulai tersingkir
esok sepanas ini tak ada lagi sajian
dan segala kesukaan
ketika kita mulai mengikat perut erat dengan tali iman
ketika mata terpejam dari pandangan haram
dan hati terkunci untuk segala caci
ada bisikan lembut
ini bukan untuk apa-apa
bukan untuk siapa-siapa
tapi untuk siapa saja
Pekalongan, Nopember 2002
Puisi 6
POTRET
Bambang Indriyanto
Mata kuyu pipi keriput dengan dahi penuh goresan
serta berkeringat garam
dengan tatapan rembulan membelai keningku
sambil berkata lirih :
jadilah kau lelaki sejati
bagai Arjuna melawan Karna
tak pandang musuh atau saudara
Jadilah surya di siang hari dan Purnama di malam hari
yang tak pernah lelah bersinar meski mendung menghadang
Aku lihat ayahku menitikkan air mata
memandang ketuaannya, namun tugas belum usai
Haruskah aku selesaikan tugasnya
atau inikah gambarku esok lusa ?
Pekalongan, 26 Agustus 2003
Puisi 7
17-8-03
Bambang Indriyanto
Ketika mereka lupa bait-bait satu nusa satu bangsa
dan lebih asyik dengan baris lagunya Madonna
ketika mereka lupa cara menghormat bendera
namun lebih suka berkaos AC Milan
kita mencak-mencak cari kambing hitam :
wa dalah ini gara-gara globalisasi
karena banyak nonton TV
Kang Daun mesam mesem :
Lha iki mestine salah mbarute !
Mulo salah kedadhen !
Akhirnya aku berpikir
mereka meniru cara bertindak
dibanding seribu berondongan kata-kata bijak
mereka butuh kaca benggala
dan bukan makian belaka.
Batang, Agustus 03
Tidak ada komentar:
Posting Komentar